Tersangka perampokan minimarket PAT alias P (25) dan RAP alias R (25) punya alasan sendiri kenapa nekat berbuat tindak kejahatan. PAT dan RAP mengaku berasal dari keluarga bermasalah (broken home) lalu hidup sendiri di jalanan dan terlalu malas untuk kuliah karena terlalu senang nyabu.
PAT mengaku setelah kedua orangtuanya bercerai, ia tinggal berpindah-pindah. Terkadang ikut Ayahnya di Padang atau ikut Ibunya di Medan. Sampai akhirnya tahun 2009, PAT memutuskan pergi dari kedua orangtuanya dan hijrah ke Jakarta.
Sesampainya di Jakarta, PAT langsung bergaul di Kampung Ambon, Jakarta Pusat. Di Kampung Ambon inilah, PAT bertemu dengan tersangka lainnya RAP dan MA alias L. PAT pun memulai mencari kerja sebagai penimbang sabu. Sampai akhirnya merampok minimarket bersama RAP dan pacarnya MA.
“Kerja nimbang sabu belum mencukupi. Kosan saja Rp 800 ribu sebulan, mau pindah ke kosan yang murah … gengsi. Makan kami (dengan MA) berdua Rp 50 ribu sehari. Putus asa cari kerja di Jakarta,” akunya.
Serupa seperti PAT. RAP juga mengaku berasal dari keluarga broken. Kedua orangtua RAP bercerai saat usianya 4 tahun. Ia pun lantas dititipin orangtuanya tinggal di rumah tantenya di Jakarta. RAP pun hijrah dari Surabaya. Sampai di tingkat SMP, RAP kabur dari rumah tantenya.
“Ya hidup sendiri di jalanan. Sampai ketemu sama pacar yang mau bayarin biaya hidup,” katanya.
Pacar RAP lantas membiayai hidupnya hingga kuliah. RAP pun kembali ke Surabaya dan dibiayai kuliah oleh pacarnya di sebuah perguruan swasta di Surabaya. Namun kuliah RAP tak sampai selesai.
“Drop out. Terus putus dan pacaran sama yang lain,” jelasnya.
Sebelumnya Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Angesta Romano Yoyol memerintahkan anggotanya untuk menangkap komplotan perampokan minimarket yang beberapa minggu terakhir sudah meresahkan masyarakat. Dengan dipimpin AKBP Hengki, tim penyidik akhirnya membekuk 4 tersangka.
Keempatnya ditangkap di tempat terpisah. PAT ditangkap pada Senin (16/1) pukul 09.00 WIB di Kampung Ambon. Dari keterangan PAT, pukul 12.30 WIB, tersangka MA alias L ditangkap di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Berselang 30 menit, pukul 13.00 WIB, tersangka TA alias T dibekuk. Terakhir, tersangka RAP ditangkap pukul 19.30 WIB saat hendak masuk ke Plaza Indonesia, Jakarta Pusat.
Pasangan kekasih PAT alias P (25) dan MA alias L (23) yang merampok minimarket di kawasan Jakarta, ternyata kecanduan narkoba. Begitu juga dengan tersangka lainnya RAP alias R (25), ditengarai terkait dengan jaringan narkotika.
“P dan L mereka kecanduan narkotika. Rata-rata semuanya kecanduan narkotika,” kata Kapolres Jakarta Pusat Kombes Angesta Romano Yoyol saat jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (17/1/2012).
Yoyol mengatakan, PAT dan tersangka TA alias T bekerja di Kampung Ambon sebagai penimbang sabu. “Dia suka nimbang-nimbang narkoba,” kata Yoyol. Sementara menurut Kepala Satuan Reskrim Polres Jakarta Pusat, AKBP Hengki Haryadi, tersangka P ditangkap di Kampung Narkoba, Jakarta Barat. “P dan L memang kerjanya di tempat narkoba, tapi ini masih kita dalami,” ujar Hengki.
Bekerja di sebuah event organizer (EO) membuat tersangka perampokan minimarket, RAP alias R (25) masih belum bisa memenuhi kebutuhannya. Apalagi RAP punya utang sebesar Rp 7,5 juta juga di Pegadaian. RAP pun akhirnya mengaku merampok minimarket.
“Saya kerja di EO. Tapi kan kerja di EO nggak rutin dapat penghasilan. Ada utang yang harus dibayar Rp 7,5 juta. Jadi ya butuh uang untuk nutupi utang meskipun lebih sering buat foya-foya sambil nyabu,” ujar RAP .
Menurut RAP, pertama kali ia merampok minimarket yaitu minimarket di Circle-K Kelapa Gading, Jakarta Utara. Di Kelapa Gading, RAP beraksi bersama PAT alias T (25). “Pertama di Kelapa Gading. Awalnya jalan-jalan. Terus sampai di Kelapa Gading lagi ramai tempatnya (minimarketnya). Terus balik lagi sudah sepi,” jelasnya.
Saat beraksi di Kelapa Gading, pacar RAP, IA juga ikut. Namun RAP mengaku pacarnya tidak tahu menahu mengenai aksinya. Saat aksi berlangsung, IA sedang tidur di dalam mobil. “Dia sebenarnya nggak tahu. Dia tidur. Pas sudah pulang baru saya bangunin dia,” ungkapnya. Sementara itu Kasat Reskrim Polres Jakarta Pusat AKBP Hengki Haryadi mengatakan komplotan ini sudah beraksi setahun terakhir. Motifnya berawal dari uji nyali alias suka mencoba-coba.
Minimarket yang sepi dan tidak memasang Circuit Closed Television (CCTV) menjadi sasaran empuk komplotan perampok, PAT cs. Mereka mensurvei minimarket sebelum beraksi.
“Mereka mengincar minimarket yang sepi, nggak ada satpam dan CCTV-nya,” kata Kapolres Jakarta Pusat Kombes Angesta Romano Yoyol saat jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (17/1/2012).
Yoyol mengatakan kawanan ini melakukan survei lebih dulu ke lokasi sasaran. Survei dilakukan dalam waktu yang singkat. “Hari itu survei, hari itu juga mereka melancarkan aksinya,” ujar Yoyol.
Dalam aksinya, kata Yoyol, masing-masing tersangka memiliki peran yang berbeda. Tersangka P yang merupakan otak perampokan dan tersangka R, bertugas menodongkan senjata airsoft gun.
“Yang lainnya menunggu di dalam mobil atau motor,” imbuhnya.
Sementara Kasat Reskrim Polres Jakarta Pusat, AKBP Hengki Haryadi menambahkan, tersangka L bertugas sebagai ‘pengepul’ dana hasil kejahatan.
“Dia sempat SMS pacarnya ‘masa cuma segini hasil ngerampok’,” kata Hengki.
Hengki mengatakan kendaraan operasional yang dibawa tersangka yakni motor dan mobil.
“Kadang pakai motor, kadang pakai mobil. Mobil punya tersangka P,” imbuh Hengki.
Setelah datang ke lokasi, dua tersangka yakni P dan R menodongkan senjata airsoft gun ke kasir. Mereka lalu menggasak uang yang ada di meja kasir, juga beberapa barang lain seperti cokelat, susu dan lain-lain.
“Mereka kadang menggunakan masker. Kalau pas bawa motor, mereka masuk ke minimarket menggunakan helm,” lanjutnya.
Usai merampok, kawanan ini lalu membagi-bagikan uang hasil kejahatannya. Rata-rata, uang hasil kejahatan digunakan untuk foya-foya.
Adapun, tersangka sudah melakukan 9 kali perampokan di 9 minimarket berbeda di kawasan DKI Jakarta. Selama aksi itu, mereka telah mengumpulkan uang sebesar Rp 30 juta lebih.
Empat dari lima perampok minimarket yang selama sepekan ini telah meresahkan warga dibekuk. Empat tersangka yakni tiga laki-laki berinisial PAT alias P, TA alias T dan RAP alias R serta seorang perempuan berinisial MA alias L, yang juga kekasih tersangka P.
Salah satu tersangka, RAP alias R mengaku merampok minimarket karena alasan desakan kebutuhan ekonomi. Padahal RAP sendiri bekerja sebagai koordinasi sebuah event organizer (EO).
“R malah bekerja sebagai koordinator event organizer (EO),” kata Kepala Satuan Reskrim Polres Jakata Pusat, AKBP Hengki Haryadi kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (17/1/2012).
Menurut Hengki, RAP berasal dari keluarga mampu. Begitu juga dengan PAT. Sedangkan tersangka MA, TA, dan IA yang masih buron masih belum jelas keterlibatan mereka ikut dalam aksi perampokan ini.
“Kalau PAT dan MA alias L, mereka baru pulang liburan di Bali terus kehabisan uang, lalu muncul ide merampok. Yang RAP alias R, IA dan TA alias T, belum jelas,” ujarnya.
Seperti diketahui, polisi menangkap empat dari lima pelaku perampokan minimarket di kawasan Jakarta. Tiga tersangka yakni pria berinisial PAT alias P, TA alias T dan RAP alias R serta wanita berinisial MA alias L.
“Tersangka I (perempuan) masih dikejar,” imbuhnya.
Tersangka P ditangkap di Jalan Berlian, Kampung Ambon, Jakarta Barat pada Senin (16/1). Dari keterangan P, polisi berhasil membekuk tersangka T di Jl Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Barat, lalu tersangka R yang ditangkap di Plaza Indonesia dan tersangka L ditangkap di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Kawanan ini, setidaknya telah melakukan perampokan di 9 lokasi berbeda di kawasan Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Sasaran mereka adalah minimarket.
Sumber Berita :
http://detektifromantika.wordpress.com